Bekasi, Info Pendidikan
Dalam pengertian umum, guru adalah pendidik profesional, yang bertugas mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam satuan pendidikan.
Seiring perkembangan peradaban dan pembangunan, menjadikan peran guru semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.
Pemerintah, mulai dari tingkat pusat, provinsi sampai kabupaten/kota sangat sungguh-sungguh memperhatikan peningkatan kualitas guru.
Hal ini ditunjukkan dengan program seleksi guru berprestasi yang menjadi agenda rutin tahunan dinas pendidikan kabupaten/kota, provinsi sampai kementerian pendidikan. Seleksi ini dimaksudkan untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru.
Mengacu pada seleksi bertingkat ini, maka Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah III, juga menggelar Seleksi Guru Berprestasi Jenjang SMA Tingkat Kota Bekasi Tahun 2019 yang diadakan di Aula SMAN 1 Kota Bekasi, pada bulan Maret yang lalu.
Selepas acara seleksi, kami berkesempatan berbincang-bincang dengan salah satu guru berprestasi yang terlihat berbeda dengan guru-guru lainnya. Dialah Meiliana Hetti Sania, Guru Mata Pelajaran Biologi SMAN 17 Kota Bekasi. Guru ini terlihat cantik, dibalut gaya berpakaian yang trendi dengan hijab bernuansa merah.
Dari penuturan Meilina, acara seleksi guru berprestasi ini adalah kali pertama diikutinya. Karena syarat ikut seleksi adalah memenuhi masa kerja minimal 8 tahun di sekolah tersebut.
“SMAN 17 khan masih terbilang sekolah baru. Walau sudah berdiri tahun 2009, namun SK penegeriannya terbit pada 31 Desember 2010. Baru beberapa hari lalu kita memperingati 8 tahun SMAN 17 Kota Bekasi,” jelas Melina, yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas di SMAN 17 Kota Bekasi,
“Disini (SMAN 17 Kota Bekasi—red), sebenarnya banyak guru yang hebat-hebat.
Ditambah lagi dengan bapak kepala sekolah, Pak Waluyo. Beliau itu lulusan universitas negeri ternama di Jakarta. Dan selama ini beliau selalu memberikan support luar biasa kepada kita guru-guru untuk berkreasi dan berkarya.
” Namun, tambah Mei, karena masih sekolah baru, tahun inilah mereka berhak mengikuti seleksi guru berprestasi.
Guru perempuan yang hobi berolah raga ini selanjutnya memaparkan bahwa dalam seleksi guru berprestasi, tiap guru yang ikut seleksi selain minimal telah 8 tahun mengajar, masing-masing harus dapat membuat atau menghasilkan best practice dalam proses pembelajaran.
“Best Practice ini semacam karya tulis atau penelitian sederhana yang menghasilkan ide atau inovasi terbaru dalam proses belajar mengajar. Makanya saya dalam seleksi guru berprestasi ini membuat best practice tentang sebuah sistem atau teknik mengajar yang mampu mengikuti Era Industri 4.0 yang sedang in saat ini,” jelas Meilina.
Era Industri 4.0, kata Meilina, menjadi topik yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Dan sebagai guru, dia terpanggil untuk mampu merancang teknik pembelajaran yang sesuai dengan Industri 4.0 yang sangat menitik beratkan pada pemanfaatan teknologi informasi khususnya internet.
Guru lulusan UGM (Universitas Gajah Mada) ini kemudian secara panjang lebar menjelaskan rangkuman best practice yang ditulisnya. Mulai dari proses pengumpulan literasi, penulisan makalah sampai membuat sistem pembelajaran.
“Sebenarnya waktu yang diberikan panitia seleksi terbilang sangat singkat untuk sebuah best practice. Makanya ide saya ini masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut kedepannya,” ungkap Meilina.
“Kita,” lanjut Meilina, “hanya diberikan waktu kurang lebih satu minggu untuk menyelesaikan sebuah karya tulis. Dan itu cepat sekali. Jadi wajar kalau best practice yang diharapkan masih jauh dari kata sempurna.”
Meilina Hetti Sania, Guru SMAN 17 Kota Bekasi, selain kini menjadi guru berprestasi tingkat kota Bekasi ternyata sebelumnya, dengan berbagai kesibukan, telah menghasilkan sebuah buku dan sudah didaftarkan di Perpustakaan Nasional dan mendapatkan nomor unik ISBN (International Standard Book Number), dengan judul Empat Mata Berkata. Sebuah buku tentang pengalamannya sebagai ibu sekaligus seorang guru dengan berbagai permasalahannya.
Keberhasilan Meilina, seakan membuka ruang bahwa guru tidak melulu dengan protap bersahaja. Guru juga harus mampu mengikuti “kekinian” dan mengajar dengan teknik terbaru.■ GP